Google

Sunday, May 25, 2008

Hillary

Wednesday, October 10, 2007


Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Selamat Idul Fitri 1428H
Mohon Maaf Lahr Batin






Read more !

Darah Baru
Zaim Uhrowi

Eksekutif muda itu bertanya-tanya. Di usianya, ia telah mencapai banyak hal yang tak terjangkau oleh kebanyakan orang lainnya. Kariernya berjalan baik. Ekonominya lebih dari sekadar cukup. Keluarganya harmonis. Tak ada hal yang membuatnya khawatir soal diri sendiri. Namun, ia tak dapat menutup mata atas keadaan sekitarnya. Bangsa ini masih terlilit banyak masalah dan belum bangkit dari keterpurukannya. Ketidakprofesionalan, salah urus, hingga ketidakbertanggungjawaban ada di mana-mana. Mengapa itu tak terjadi di Korea Selatan misalnya?


Pertanyaan itu terus melingkar-lingkar di benaknya. Sampai kemudian ia bertemu dengan sejumlah eksekutif Korea. Para eksekutif yang digambarkannya "muda, enerjetik, dan sangat profesional". Mereka inilah yang kini menjadi ujung tombak baru ekspansi Korea dalam bisnis dunia. Kalangan ini pulalah yang kini paling berperan dalam mengelola Korea Selatan sebagai negara. Di hadapan mereka, ia pun bertanya. "Bagaimana Korea Selatan bisa cepat bangkit dari krisis 1998?"

Hingga sekitar tahun 1960-an, keadaan Korea Selatan praktis serupa dengan kita. Kemiskinan ada di mana-mana. Park Chung-hee dengan tangan besi mengubah bangsa itu. Pada satu sisi, ekonomi dan industri memang berkembang pesat. Namun, di sisi lainnya, Park mewariskan kekuasaan yang otoriter dan bahkan kemudian korup seperti yang digambarkan oleh rezim Chun Do-hwan. Pada akhirnya gerakan politik masif juga berhasil mengakhiri kekuasaan rezim lama dari tangan Roh Tae-woo.

Ada beda mendasar perubahan politik di Korea Selatan dengan di Indonesia. Di sini, gerakan Reformasi cuma menurunkan Soeharto sebagai pemimpin tertinggi bangsa, dan mengubah sistem politik menjadi lebih demokratis. Reformasi sama sekali tidak memangkas generasi dengan pola pikir dan pola sikap lamanya. Reformasi bahkan memberi jalan pada tokoh-tokoh lama yang jauh dari profesional dan bahkan sangat feodal untuk memimpin negara hanya karena menggunakan "label demokrasi" yang sebenarnya jauh dari pola pikir dan pola sikapnya sehari-hari. Paradigma lama masih terus berkuasa. Profesionalitas tak berkembang. Korupsi justru menjadi-jadi dengan format baru yang lebih teliti.

Sebaliknya di Korea Selatan. Reformasi benar-benar memangkas pola pikir dan pola sikap lama. Bangsa itu benar-benar melakukan 'potong generasi" yang di sini tak lebih dari sekadar wacana. Para birokrat lama harus menyisih untuk memberi tempat pada generasi baru yang lebih profesional, yang meletakkan kepentingannya sendiri bukan melalui jalan korupsi atau komisi seperti di sini. Penyegaran dilakukan secara serentak. Para profesional mendapat tempat utama untuk mengelola bangsa. Bukan hanya di dunia swasta, melainkan juga di dalam pemerintahan. Hasilnya, Korea Selatan bukan hanya bangkit melainkan bahkan memantapkan diri sebagai salah satu bangsa kelas satu di dunia.

Kita, bangsa Indonesia ini, memerlukan penyegaran di seluruh lini. Di dalam birokrasi, di lembaga-lembaga kunci seperti pendidikan dan kesehatan, bahkan juga di organisasi politik dan organisasi massa. Kita memerlukan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak baru. Hal demikian tak mungkin dilakukan tanpa adanya 'darah baru' di setiap level kepemimpinan di seluruh lembaga di negeri ini. Terutama di birokrasi dan lembaga-lembaga yang terkait dengan negara.

Kita, bangsa Indonesia ini, memerlukan Reformasi yang lebih revolusioner. Yakni, reformasi yang lebih mendasar yang menyentuh setiap aspek pengelolaan lembaga dan masyarakat dengan cara yang lebih santun dan cermat. Ini bukan mustahil dilakukan di setiap lembaga di negeri ini. Saya dan teman-teman dari manajemen PT Balai Pustaka (Persero) telah membuktikannya. Dalam waktu kurang dari tiga bulan, kami berhasil melakukan restrukturisasi total baik melalui perumusan visi, misi, dan budaya korporat baru maupun transformasi organisasi.

Darah baru terbukti mampu membangun spirit serta menumbuhkan profesionalitas kerja. Hal demikian dapat diwujudkan di lembaga manapun sehingga bangsa dapat segera bangkit menjadi salah satu bangsa utama di dunia sebagaimana semestinya bangsa yang kuat beragama. Jangan pernah mau lagi menjadi bangsa yang lembek, statis, feodal, dan bahkan korup seperti selama ini. Untuk itu, sekali lagi, seluruh institusi di negeri ini memerlukan darah baru yang dapat membawa pola pikir, pola sikap, dan pola tindak baru yang lebih benar baik menurut kaidah agama maupun profesionalitas.
(Zaim Uchrowi )





Read more !
Sumber; Republika,Jumat, 05 Oktober 2007

Berkah

Oleh : Zaim Uchrowi

Hanya dalam pengajian di masjid-masjid istilah ini masih sesekali terdengar. Dalam percakapan sehari-hari, kita hampir tak pernah lagi menyebut kata 'berkah'. Kita lebih suka bicara soal karier, rumah, mobil, bahkan telepon genggam. Apa jabatan kita, berapa banyak penghasilan kita, di mana rumah kita, seberapa populer nama kita, hingga apa merek, model, dan harga barang yang kita pakai seolah menjadi hal paling penting dalam hidup ini. Sesekali kita menggunakan istilah yang lebih abstrak ketimbang soal barang-barang itu. Misalnya, kita juga menyebut istilah 'sukses'. Tapi, lagi-lagi, sukses itu lalu kita hubungkan dengan atribut yang kita miliki.



Di saat telah lama menjauh dari peredarannya sekarang, pemunculan kata berkah mnjadi terasa menyejukkan. Pemunculan itu saya dapatkan dari Pak Iwan, seorang imam masjid sederhana yang terjadwal harus menyampaikan 'kultum' usai shalat Subuh. Ia mengutip tentang pentingnya berkah dalam kehidupan ini. Berkah itulah yang akan mengantarkan pada ketenteraman dan kebahagiaan di dunia ini. Lebih dari itu, berkah juga akan mengantarkan pada kebahagiaan di akhirat kelak.

Mendengar kembali istilah berkah, ingatan pun melayang pada beberapa nama yang saya kenal. Pada Pak Maksum, mantan tetangga misalnya. Ia tak punya rumah. Ia sempat menyewa rumah petak di tempat yang ada di belakang kompleks kami. Ia tak punya latar belakang pendidikan cukup.

Profesinya pedagang makanan. Pernah ia menjual kue putu keliling, pernah jual nasi uduk, hingga es buah. Beberapa kali usahanya bangkrut sehingga harus memulai usaha baru. Bahkan, rumah sewa yang ditempatinya digusur. Ia harus pindah rumah saat tak punya uang sama sekali. Namun, apa pun keadaan yang melingkupinya, ia selalu tampak antusias. Ia terus saja bekerja keras dan juga beribadah dengan gembira. Ia selalu mendapat jalan keluar dari kesulitan, dan mampu mengantar anak-anaknya menjadi manusia mandiri.

Keberkahan hidup juga saya rasakan pada beberapa nama yang saya kenal. Hidayat Nur Wahid, misalnya, ia tidak pernah berkasak-kusuk menjadi tokoh publik. Ia terus fokus untuk mengajar dan berdakwah. Keberkahanlah yang mengantarkannya menjadi Ketua MPR. Begitu pula Soetrisno Bachir, pedagang batik dari Pekalongan yang biasa saja pada mulanya. Namun, sejak muda ia gemar membantu orang-orang dan hal-hal baik, dan ia biasa melupakan apa yang dilakukannya. Keberkahan mengantarkannya menjadi orang penting sekarang. Di dunia hiburan, semestinya Dorce sudah lama tergusur oleh para pendatang baru. Keberkahan yang didapatnya dengan menyantuni ribuan anak yatim membuatnya terus berkibar.

Konsep berkah mengajari adanya hal di luar rasionalitas untuk meraih sukses dan bahagia. Kejar dan raih kekuatan intangible itu. Tak perlu kasak-kusuk mengejar jabatan dan uang untuk meraih sukses dan kebahagiaan. Dunia Timur mengenal urusan 'batin' selain soal 'lahir'. Bersihkan diri untuk pertajam mata batin, imbangi dengan kerja keras, maka atribut keduniawiaan akan datang sendiri tanpa kita harus menyikut kiri kanan dan menilep hal yang bukan hak kita sendiri. Dunia Barat hari-hari ini juga tengah antusias dengan kekuatan tak terukur tersebut lewat "hukum tarik-menarik" seperti yang membuat Rhonda Byrne sukses lewat buku The Secret yang ditulisnya. Bersikaplah positif, maka sikap itu akan menjadi magnet yang akan menarik hal-hal positif datang dengan sendirinya pada kita.

Prinsip itu sejalan dengan ajaran agama bahwa "Allah adalah sesuai persangkaan hamba-Nya." Bila benar-benar yakin akan memperoleh kebaikan dari Allah, maka kita akan mendapatkannya. Itu pasti. Dan apa yang akan kita dapatkan itu adalah berkah. Maka Pak Iwan, imam majid itu, pun mengutip ayat Alquran yang menyebut bahwa kunci berkah adalah keyakinan dan ketakwaan (kebersandaran) secara mendalam pada Allah. Hidup berkah adalah hidup yang setiap pertambahan kesuksesannya akan selalu membahagiakan. Baik diri sendiri, keluarga, maupun orang-orang lain di sekitar kita.

Dengan usaha bersama yang sungguh-sungguh, saya yakin, bangsa ini akan dapat menjadi bangsa yang berkah. Dengan begitu praktik menggelikan berupa kasak-kusuk untuk mendapat komisi, bahkan korupsi, atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sendiri karena takut menjadi tidak kaya akan dapat berkurang secara pasti.











Read more !

Tuesday, August 14, 2007

Jumat, 17 September 2004
Humor Sufi
Binatang yang Bekerja Itu Besar

Suatu ketika, Nashruddin lewat di sebuah gang di kota Qauniyyah. Tiba-tiba, dia melihat sebuah rumah besar nan indah. Karena kagum akan kebesaran dan keindahan bangunannya, Nashruddin memandanginya lama sekali. Seorang pelayan berdiri di hadapan Nashruddin dan berkata, ''Mengapa kamu begitu memperhatikan rumah ini?''
Nashruddin menjawab, ''Aku sedang mengagumi bangunan yang besar ini.''
Begitu pembantu itu melihat Nashruddin mengenakan pakaian kusut dan lusuh, dia berkata dengan canda, ''Ini tempat penggilingan tepung.'' Nashruddin lalu menjawab, ''Tentu binatang-binatang yang bekerja di dalamnya juga besar-besar.''


Membuka Mulut Hingga Hampir Robek

Beberapa orang pembual duduk mengobrol di sebuah majlis. Mereka membincangkan cerita-cerita bohong. Nashruddin duduk diam di pojok sambil mendengarkan bualan-bualan mereka.
Menjelang akhir pertemuan, salah seorang di antara mereka menoleh pada Nashruddin dan berkata padanya dengan maksud bergurau. ''Hai, mengapa kamu sedari tadi hanya diam saja dan tidak berbicara?'' Sebenarnya, Nashruddin sudah jenuh berdiam diri cukup lama, lalu berkata, ''Apa yang kau katakan? Sejak tadi aku telah membuka mulutku dan hampir saja robek ...''

Harta Orang Miskin

Nashruddin sedang mengunyah sebuah makanan yang terasa pahit, di sebuah tempat. Lalu, orang-orang mengajaknya makan. Ketika masuk ruang makan, Nashruddin mengeluarkan sepotong makanan itu dari mulutnya dan menempelkannya pada hidungnya. Orang-orang pun bertanya padanya. ''Apa yang sedang Anda lakukan?''
Nashruddin menjawab, ''Harta orang miskin harus tetap kelihatan di hadapan kedua matanya ...''

Pasti akan Diketahui Orang

Suatu malam, Nashruddin tidur di atas atap. Ketika bangun dan hendak turun untuk pindah ke kamar, dia merasa seolah-olah bertengkar dengan istrinya. Tanpa sadar, dia bangun lalu berjalan, karena mengira bahwa dia sedang berada di dalam rumah. Akibatnya, dia jatuh dari atap dan menimpa kepala tetangganya.
Mereka pun bingung lalu mengerumuni Nashruddin seraya bertanya, ''Ada apa ini?''
Nashruddin bangun dan menjawab singkat, ''Barangsiapa bertengkar dengan istrinya di atas atap, dia akan tahu mengapa aku jatuh ke sini.''

Bagaimana Membedakan Wanita dan Pria?

Suatu hari, Nashruddin duduk di sebuah tempat. Tiba-tiba, orang-orang memberi tahu kepadanya bahwa baru saja tiba beberapa wisatawan dari negeri Arab. Mereka lalu bertanya pada Nashruddin. ''Karena cuacanya sangat panas, apakah penduduk negeri itu selalu tidak berpakaian?'' Nashruddin pun menjawab, ''Jika tidak, bagaimana cara membedakan antara pria dan wanitanya?''
Dikutip dari Canda ala Sufi, penerbit Cahaya.




Read more !
Greemen Bank dan Bank Syariah Indonesia
Sumber : republika.co.id
Oleh :


Muhammad Akhyar Adnan
Dosen UII Yogyakarta, Associate Professor di International Islamic University, Malaysia.

Akhirnya, atas undangan resmi Pemerintah RI, Muhammad Yunus, pendiri dan sekaligus Managing Director Grameen Bank dari Bangladesh sampai juga di Indonesia. Grameen Bank yang tidak bisa dilepaskan dari sosok M Yunus, memang sudah sangat terkenal. Selain sudah cukup lama berdiri (sekitar 24 tahun), bank ini dikenal dengan segala keunikannya yang kadang-kadang 'berbeda' diametral dengan industri perbankan pada umumnya.


Salah satu puncak pencapaian Grameen Bank adalah ketika sang pendiri dan pemimpin tertingginya, M Yunus mendapat anugerah Nobel pada tahun 2006 yang lalu. Ini semua membuat nama Grameen Bank semakin menjulang, baik di Barat maupun di Timur. Makin banyak ia dirujuk, dicontoh, dan diteladani. Setidaknya makin sering sang pendiri dan manajer puncaknya diundang untuk berceramah menceritakan keberhasilannya di berbagai kota di dunia. Uniknya lagi, timbul juga persepsi bahwa Grameen Bank adalah bank yang lebih 'Islami' dibandingkan bank syariah, sebuah ungkapan yang dilontarkan oleh seorang tokoh perbankan syariah nasional belum lama ini ketika beliau berkunjung ke International Islamic University, Malaysia.

Kita tentu sangat menghargai segala pencapaian Grameen Bank tersebut. Namun, semestinya tidak pula boleh silau dengan segala prestasi tersebut. Mengapa? Karena, di balik 'keberhasilan' Grameen Bank, ada beberapa catatan penting yang harus juga diketahui siapapun, sehingga dapat melihat bank tersebut secara lebih berimbang, dan tidak terjebak pada proses pencontohan taqlid (buta), yang kemudian tidak memberikan hasil apapun.

Terus terang, tulisan ini diilhami oleh dan merujuk pada dua makalah berbeda. Pertama, karya Prof MA Mannan, Alternative Credit Models in Bangladesh: A Comparative Analysis Between Grameen Bank and Social Investment Ltd: Myths and Realities. Makalah ini dipresentasikan dalam First International Islamic Conference on Inclusive Islamic Financial Sector Development pada 17-19 April 2007 yang lalu di Brunei Darussalam. Kedua, presentasi Prof Rodney Wilson, yang bertajuk Making Development Assistance Sustainable through Islamic Microfinance dalam IIUM International Conference on Islamic Banking and Finance, 23-25 April 2007 di Kuala Lumpur.

Catatan penting
Di antara hal-hal penting dari sisi lain Grameen Bank yang perlu, namun tak banyak diketahui adalah sebagai berikut. Pertama, Grameen Bank sama sekali tidak beroperasi berdasarkan hukum syariah Islam. Ini berarti bunga yang diakui oleh banyak ulama modern dunia sebagai sesuatu yang diharamkan (riba), tetap menjadi instrumen penting bagi operasi Grameen bank. Tidak hanya hanya itu, menurut Prof Mannan, tingkat bunga pinjaman di Grameen Bank adalah 54 persen. Sebuah angka yang sesungguhnya luar biasa mencekik. Lebih parah lagi, bila hidden costs (biaya-biaya tersembunyi, seperti biaya keanggotaan, dokumentasi, kewajiban provisi atas jumlah dana yang diblok dan lain sebagainya) diperhitungkan. Maka sesungguhnya tingkat bunganya mencapai 86 persen, sebuah angka yang sangat jauh dibandingkan bank konvensional pada umumnya, dan tentunya sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan bank syariah sama sekali.

Kedua, model kredit mikro Grameen Bank merupakan versi baru dari ekonomi feodal dalam konteks hubungan peminjam dan pemberi pinjaman. Ketiga, model operasi kredit mikro Grameen Bank didasari asumsi implisit konflik kelompok dan paradigma neoklasik ortodoks Barat tentang ekonomi bebas nilai, yang cenderung pada upaya pemberdayaan wanita [saja], karena 95 persen nasabahnya adalah wanita. Konsekuensinya, seperti juga ditegaskan Rodney Wilson, banyak keluarga (nasabah) yang berantakan akibat perceraian.

Keempat, Grameen Bank berdiri atas landasan hukum yang berbeda dibandingkan usaha perbankan pada umumnya. Mungkin karena faktor ini, atau faktor lainnya, bank ini terbebas dari proses audit, baik oleh bank sentral, maupun audit eksternal lainnya. Tanpa bermaksud berprasangka negatif, ini tentunya mempunyai konsekuensi signifikan akan laporan pencapaian prestasinya. Setidaknya transparansi laporannya tidak memenuhi syarat standar good corporate governance.

Kelima, boleh jadi terkait ataupun tidak dengan faktor keempat, ternyata Grameen Bank juga mendapat fasilitas bebas pajak sama sekali. Ini merupakan hak istimewa luar biasa yang dimiliki Grameen Bank, di balik kemajuan pesat dan tentunya laba besar yang didapatkan dari tingginya tingkat bunga yang diterapkan kepada para nasabahnya.

Adalah menarik juga mengutip sebagian data dari tulisan Prof Mannan yang disarikan dari sebuah harian Bengali bernama Shomokal, yang terbit pada 19 Februari 2007. Harian ini menceritakan kondisi sebuah desa bernama Hillary Palli yang selalu menjadi desa kebanggaan (show-piece village) Grameen Bank. Dilaporkan bahwa kondisi desa ini memburuk, sehingga masyarakatnya tidak bisa keluar dari lilitan utang kepada Grameen Bank setelah 12 tahun. Banyak dari penduduk desa ini yang kemudian 'terpaksa' menjual tanah mereka, sehingga mereka menjadi orang yang tak punya tanah dalam arti sesungguhnya.

Apa yang disajikan ini, bila dibandingkan dengan filosofi dan orientasi bank syariah pada umumnya tentu sangat berbeda, untuk tidak mengatakan bertolak belakang sama sekali. Oleh karena itu, bila saja sejumlah bank atau usaha kredit mikro di Indonesia (khususnya yang berasas syariah) selama ini kagum pada Grameen Bank dan ingin mencontoh 'keberhasilannya', seyogianya (bank tersebut melakukannya) bukan tanpa reserve. Beberapa persoalan yang dibahas di awal tulisan ini haruslah menjadi perhatian semua pihak, agar tidak terjadi proses salah contoh, sehingga semakin menjauhkan bank syariah dari asasnya. Begitu pula, para pakar perlu lebih berhati-hati dalam memberikan ulasan, sehingga tidak terjadi proses 'memuji' yang salah, dan 'mencibir' yang benar, betapapun yang disebut terakhir mungkin belum sempurna dalam proses dan atau pencapaian tujuan-tujuannya.




Read more !

Sunday, June 17, 2007

Selamat

Kami keluarga besar alumni FE - 82 mengucapkan :

Selamat & Sukses

Ahmad Iskandar Zulkarnain (82)

Mandapat Amanah sebagai Direktur

PT.Balai Pustaka (Persero)

Semoga Membawa Barokah, amin.

Read more !

Tuesday, June 5, 2007

Forum Syari'ah


>


Pentingnya Potensi Bisnis Pesantren
Republika online



Tuntutan pesantren saat ini tidak sekedar mendidik siswa menjadi santri yang mampu mengamalkan ajaran agama saja. Namun, telah berkembang menjadi salah satu tempat mensosialisasikan ajaran ekonomi syariah agar para santri memahami praktik ekonomi syariah secara benar.

Karena itu peran umat, khususnya mereka yang berada di pondok-pondok pesantren sangat besar bagi bank syariah. ''Hal yang mendesak dan strategis adalah menyatukan bank syariah dengan umat,'' kata Ketua Forum Umat Islam Surakarta (FUIS) A. Iskandar Zulkarnain pada acara Direct Selling Perbankan Syariah dalam rangka Program Akselerasi Bank Syariah 2007 yang digelar di Pondok Pesantren Modern As-Salam Surakarta, Ahad pekan lalu.





Acara yang diadakan FUIS itu didukung Bank Indonesia dan bank-bank syariah se-Surakarta, yakni Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Danamon Syariah , BRI Syariah, BNI Syariah dan BTN Syariah. Acara itu dihadiri perwakilan MUI Surakarta, para alim ulama, tokoh masyarakat, pimpinan 30 pondok pesantren se-Surakarta Syamsul Anwar, Selaku Ketua Majlis Tarjih Pengurus Pusat Muhammadiyah dan Harisman, staf Ahli Dewan Gubernur BI.

Iskandar menambahkan, berjamaahnya bank syariah menyatu dengan umat akan sangat membantu akselerasi perbankan syariah. ''Insya Allah, kalau ban-bank syariah menyatu dengan umat, target pangsa pasar perbankan syariah sebesar lima persen pada tahun 2008 akan tercapai,'' tandasnya.

Diakuinya, bank-bank syariah sebagai entitas bisnis tentu mempunyai goals dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaannya, namun tidak berarti harus menjadikan bank syariah yang lain menjadi pesaingnya. ''Jadi, yang harus kita kembangkan adalah fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) dalam nafas berkompetisi antarbank syariah.

Berjamaahnya bank syariah juga harus memberikan maslahat bagi umat, sehingga bank syariah akan menyatu dan menjadi bagian dari umat.

Ustadz Badru Tammam, dari PP Isykarima mengatakan, selama masyarakat masih menggunakan sistem ribawi, maka Allah dan Rasul-Nya melancarkan peperangan terhadap manusia (QS Al-Baqarah: 278-279). ''Yang terjadi adalah, harga barang melangit, biaya hidup semakin tinggi, sebagai bentuk penyerangan Allah. Bangkrutnya banyak perusahaan, merebaknya macam-macam tindak kesehatan, munculnya saling curiga, benci dan permusuhan, meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran serta tidak adanya berkah,'' katanya.

Solusi terhadap persoalan tersebut sudah jelas, yakni berhijrah ke bank syariah. ''Solusinya adalah memilih bank syariah, karena bank tersebut sesuai dengan syariat Islam dan benar,'' katanya.

Badru Tammam juga menambahkan, bank-bank syariah mengikat Muslim dengan aqidahnya, sehingga Muslim melakukan apa yang dihalalkan Allah dan menghindari apa yang diharamkan-Nya. ''Bank-bank syariah mengambil prinsip toleransi, kasih sayang dan kemudahan dalam bertransaksi. Bank-bank Syariah mengambil tangan orang muslim untuk menyelamatkan kesulitan umatnya dalam bermuamalah secara syariah,'' paparnya.

Agar gaung acara direct selling tersebut makin terasa, maka harus diikuti dengan langkah nyata. Antara lain pembukaan rekening oleh bank-bank syariah untuk 30 pondok pesantren, 18 Linkage Program penguatan ekonomi mikro, 35 Qordul Hasan kepada Kopontren dan pengusaha di sekitar bank-bank syariah, serta beasiswa kepada santri-santri pondok pesantren.
(ika )


Read more !

Tuesday, May 29, 2007

Berita Duka


Inna Lillahi wainna ilaihi Roji'un

Kami keluarga besar Alumni FE- UNS turut berduka cita dan mengucapkan belasungkawa sehubungan dengan telah berpulang kerahamtullah Teman/saudara kita " Rahmat Joko Purnomo" (FE 82), pada hari senin, 28 Mei 2007 jam 20.00 W.I.B, Semoga Arwah Almarhum diterima disisiNya.
Semoga Keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan senantiasa mendapat lindunganNya.

HP; Keluarga Rahmat, 08157987009







Read more !
Informasi Lowongan Pekerjaan

PT. TIGA SERANGKAI INTERNATIONAL
JL. DR. SUPOMO 23 SOLO, membutuhkan
STAFF AUDITOR.
Persyaratan/Kualifikasi :
· Laki-laki maks. 30 tahun
· Lulusan S1 Akuntansi/Manajemen
· Berpengalaman dalam Internal Audit & System Development pada perusahaan distributor min. 2 tahun
· Mengerti dan memahami budgeting
· Bersedia melakukan perjalanan ke cabang di seluruh wilayah Indonesia

Segera Kirim Lamaran lengkap ke :
HRD PT. TIGA SERANGKAI INTERNATIONAL
JL. DR. SUPOMO 23 SOLO




Read more !

 


© 2006 FE-UNS | Design by Rohman Abdul Manap
:::    Skip to top   :::

Download